Hari ini, propaganda dianggap sebagai cara yang secara sengaja dibuat untuk mempolarisasi opini publik atau untuk membenarkan suatu tindakan.
Bahkan, agitprop ini secara masif dilakukan baik dengan menggunakan saluran-saluran resmi seperti media atau mungkin menggunakan media sosial.
Propagandis atau orang yang membuat propaganda seringkali terorganisir dan dibuat oleh orang-orang yang terlatih dan paham bagaimana melakukan propaganda yang efektif.
Tapi, apa sih yang dimaksud dengan propaganda? Apa fungsinya? Bagaimana sejarahnya? Apa saja media propaganda? Atau mungkin jenis-jenis propaganda?
Jika penasaran jawaban dari berbagai pertanyaan diatas, simak penjelasannya lewat artikel ini sampai habis.
Pengertian Propaganda

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), propaganda punya dua pengertian dasar, diantaranya:
- Penerangan seperti paham, pendapatn dan lain sebagainya yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap atau arah tindakan tertentu
- Reklame seperti menawarkan obat, barang dagangan dan lain sebagainya alias iklan
Dua pengertian diatas melahirkan tiga kategori utama soal propaganda mulai dari propaganda gelap, propaganda terbuka dan propaganda terselubung.Garth S. Jowett dan Victoria O’Donnell dalam bukunya yang berjudul Propaganda and Persuasion menjelaskan propaganda sebagai:
… propaganda is the deliberate, systematic attempt to shape perceptions, manipulate cognitions, and direct behavior to achieve a response that furthers the desired intent of the propagandist.
Yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi dan manipulasi kognisi.
Pada akhirnya, akan mengarahkan perilaku untuk mencapai respon yang memajukkan maksud yang diinginkan oleh pelaku propaganda atau propagandis.
Dari dua penjelasan diatas bisa diketahui kalau propaganda adalah metode manipulasi yang dilakukan secara sistematis untuk mengubah pandangan kelompok dan individu.
Sejak abad ke-19, propaganda sudah sejarah luas digunakan terlebih dalam bidang politik untuk memperkuat atau memajukkan berbagai agenda politisi, kandidat dan kelompok yang berkepentingan.
Pada waktu itu, propaganda digunakan untuk menyoroti hal-hal negatif, atau positif dari individu, ide, atau undang-undang tertentu.
Contoh sederhana bisa dilihat dari sosok Adolf Hitler, yang mempromosikan propaganda secara ekstensif guna mepromosikan ide anti-semitismenya dan untuk memperkuat visinya tentang Jerman usai perang dunia ke-I.
Di Amerika Serikat, propaganda dimanfaatkan untuk meningkatkan moral masyarakat selama masa perang dengan tujuan untuk merekrut anggota pasukkan.
Sejarah Propaganda

Propaganda, sebagai bentuk kampanye masif, bukanlah hal baru di era modern ini. Namun, istilah tersebut mulai populer digunakan pada akhir tahun 1914, saat perang dunia pertama dimulai.
Selain pertempuran yang masif di parit, propaganda juga termasuk area perang yang juga intens dilakukan dengan pengaruh yang kuat terhadap individu atau perorangan.
Di Athena, pada saat rakyat masih hidup dari despotism, propaganda mulai dilakukan oleh kelas tertentu untuk mengamankan kepentingan mereka.
Polarisasi ini pada akhirnya memunculkan dua medan tempur yakni: yang membuat propaganda dan yang melawannya (kontra-propaganda).
Namun, dalam sejarahnya, istilah yang merujuk pada kegiatan propaganda yang dilakukan secara luas muncul dalam karya Congregatio de Propaganda Fide atau kongregasi untuk penyebaran Iman.
CPF tersebut adalah organisasi Gereja Kardinal dalam lingkup Gereja Katolik Roma yang didirikan oleh Gregorius XV pada 1622 dalam melakukan misi penyebaran iman atau misionaris.
Secara teknis dikenal sebagai komite kardinal yang bertanggung jawab atas misi luar negeri Gereja Katolik. Selain untuk tujuan misionaris, organisasi tersebut juga mengawasi misi-misi asing.
Dari sinilah bisa disimpulkan kalau istilah propaganda berasal dari istilah Latin, Propagare yang berarti memajukan, memperpanjang, menyebarkan atau menambah.
Dalam perkembangannya kemudian, setiap gerakan organisasi dengan tujuan untuk menyebarkan praktik atau ideologi bisa disebut propaganda juga.
Inilah yang kemudian diadopsi dalam aktivitas politik modern yang bermakna penyebarluasan informasi yang dimaksudkan untuk mempromosikan sudut pandang politik.
Dalam lingkup gereja Katolik, propaganda ini punya tujuan yang positif. Karena erat kaitannya dengan Misionaris atau iman yang menyebarkan ajaran-ajaran Katolik di daerah-daerah yang belum memiliki agama.
Artinya, dalam lingkup gereja Katolik, propaganda tersebut dilakukan oleh misionaris, individu dan iman yang sangat terhormat.
Tapi tidak bagi orang lain, yang mana, istilah ini seringkali bersifat merendahkan, yang cenderung berkonotasi pada kisah-kisah mendiskreditkan kekejaman selama perang sebagai heroisme.
Dalam paham komunisme, propaganda merujuk pada konotasi agitasi massa yang dipopulerkan oleh teori Marxisme Rusia Georgy Plekhanov.
Yang kemudian diuraikan lebih jauh oleh Vladimir Ilyich Lenin dalam pamflet yang berjudul What Is to Be Done? pada 1902.
Dimana, ia mendefinisikan propaganda sebagai argumen historis dan ilmiah dengan alasan untuk mengindoktrinasi mereka yang terpelajar dan tercerahkan.
Sementara, Lenin juga mendefinisikan agitasi sebagai penggunaan slogan, perumpamaan, setengah kebenaran untuk mengeksploitasi keluhan orang-orang yang tidak berpendidikan dan tidak masuk akal.
Namun ia menganggap dua strategi diatas sangat penting untuk tujuan politik. Inilah yang jadi alasan mengapa setiap badan partai Komunis harus melakukan agitprop atau agitasi dan propaganda.
Pendapat para ahli

Ada banyak literatur atau tulisan yang secara ilmiah menjelaskan apa itu propaganda dan pendapat tersebut bisa dipertanggungjawabkan.
Agar jelas, berikut disajikan beberapa definisi atau pengertian propaganda menurut para ahli, diantaranya:
1. Harold Dwight Lasswell
Harold D Lasswell, ilmuwan politik dan pencetus teori komunikasi asal Amerika Serikat, mendefinisikan propaganda dalam bukunya The theory of political propaganda (1927) sebagai berikut:
Propaganda is the management of collective attitudes by the manipulation of significant symbols atau dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan sikap kolektif dengan memanipulasi simbol-simbol secara signifikan.
2. Clyde Raymond Miller
Clyde R. Miller yang merupakan pengajar di Columbia University juga merupakan salah satu pendiri Institute for Propaganda Analysis mendefinisikan propaganda dalam bukunya yang berjudul How to detect and analyze propaganda (1939), sebagai berikut:
… An expression of opinion or action by individuals or groups deliberately designed to influence opinions or actions of other individuals or groups with reference to predetermined ends.
Yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai ekspresi pendapat atau tindakan oleh individu atau kelompok yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi pendapat atau tindakan individu atau kelompok lain dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Edward Louis James Bernays
E. L. Bernays adalah ahli hubungan masyarakat dan propaganda yang dalam bukunya yang berjudul Propaganda (1928), menjelaskan propaganda sebagai berikut:
… A consistent, enduring effort to create or shape events to influence the relations of the public to an enterprise, idea or group
Dengan demikian, menurut Bernays, Propaganda adalah upaya yang konsisten dan bertahan lama untuk menciptakan atau membentuk peristiwa guna mempengaruhi hubungan publik dengan perusahan, ide atau kelompok.
4. Leonard William Doob
Leonard W. Doob adalah Profesor Emeritus di bidang Psikologi Sterling yang mengajar di Universitas Yale dalam bukunya yang berjudul Public opinion and propaganda (1948), mendefinisikan propaganda sebagai berikut:
The attempt to affect the personalities and to control the behavior of individuals towards ends considered unscientific or of doubtful value in a society at a particular time.
Yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti upaya untuk mempengaruhi kepribadian atau untuk mengendalikan perilaku individu menuju tujuan yang dianggap tidak ilmiah atau diragukan nilainya dalam masyarakat pada periode waktu tertentu.
Tujuan dilakukannya Propaganda

Propaganda tidak dilakukan tanpa alasan. Artinya, ada alasan mengapa aktivitas tersebut dilakukan, diantaranya:
1. Mempengaruhi dan mengubah opini publik
Propaganda paling umum digunakan atau dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi pandangan publik atas sesuatu, langsung maupun tidak langsung.
Dengan harapan, pada akhirnya, pengaruh tersebut akan mengubah opini. Hanya saja, tujuan awalnya hanyalah untuk membentuk opini yang diinginkan.
Itu sudah lebih dari cukup. Dan jika dilakukan secara masif, maka makin banyak orang yang terpengaruh sampai akhirnya terbentuk polarisasi yang besar ditengah-tengah masyarakat.
Poin ini persis sama seperti yang dilakukan Joseph Goebbels, Kementerian Pencerahan Publik dan Propaganda Reich.
Dengan pameo ilusi kebenaran yang paling terkenal yakni: “Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang akan diterima sebagai kebenaran”.
2. Manipulasi emosi
Propaganda, sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, mengandalkan emosi untuk membentuk atau mengubah opini publik.
Ini penting karena propaganda dilakukan hanya dengan dua alasan untuk membuat orang suka atau benci terhadap kelompok yang jadi target.
Tujuan ini sering dilakukan dengan masif dalam peperangan dengan tujuan agar masyarakat sipil punya perasaan haru, marah, kesal, sedih dan lain sebagainya.
3. Mendapatkan dukungan atau penolakan
Tujuan terakhir ini lebih ke hasil. Mengapa demikian? Karena dengan menyebarkan propaganda, pandangan seseorang terhadap kelompok tertentu, bisa terpengaruh.
Misalnya, propaganda yang dilakukan politikus untuk blusukan ke tempat-tempat kumuh di dapilnya lalu disebarkan bahwa opini bahwa politikus tersebut merakyat.
Di Indonesia, hal-hal seperti ini lumrah ditemui menjelang pemilu. Apalagi yang cakupannya besar seperti Pilpres atau pilgub.
Ciri-Ciri Propaganda

Dalam teorinya, propaganda sangat bergantung pada ethos dan pathos. Sementara, logo hanya digunakan untuk mencapai dua ethos dan pathos tadi.
Artinya, dalam propangan, fakta, angka dan kebenaran tidak terlalu penting. Artinya, propaganda sangat bergantung pada respon emosional audiens untuk memicu kesepakatan dan tindakan.
Teknik yang sama sebenarnya juga berlaku dalam periklanan. Brand awareness, warna merk, nama merk dan lain sebagainya hanyalah bagian dari bagaimana merayu konsumen secara psikologis.
Dengan tujuan yang positif tentu saja. Karena itu, iklan tidak boleh dianggap sebagai propaganda, yang cenderung memiliki tujuan negatif.
Meski demikian, baik propaganda dan iklan punya ciri-ciri yang kurang lebih sama, yakni:
- Untuk menarik emosi (pathos) secara individual atau kepada orang-orang dibanding menggunakan logika, akal sehat atau intelektual
- Informasi yang sarat nilai dan memberikan kebebasan untuk menilai, berprasangka atau etika (etos) dari audiens secara langsung
- Menggunakan informasi yang selektif dan terkadang, tidak berimbang
Karena itu, agar propana tersebut benar-benar berhasil, harus memanfaatkan semua corong atau media yang ada saat itu.
Media Propaganda

Propaganda menggunakan berbagai media untuk menarik perhatian khalayak umum yang jadi sasarannya, seperti:
- Media visual dan audio seperti televisi, radio, bioskop, film, dokumenter, iklan, lagu, berita, acara, bincang-bincang dan lain sebagainya
- Internet seperti web blog, media sosial, jaringan media sosial dan lain sebagainya
- Seni dan sastra seperti lukisan, poster, pamflet, seni pertunjukan, komik, koran dan juga majalah
- Pidato termasuk didalamnya unjuk rasa, debat politik, olahraga dan lain sebagainya
Di era perang dunia ke-II, media propaganda paling populer adalah brosur atau pamflet. Tentu saja, padangan anti-semitlah yang mendominasi.
Sementara, di Amerika, Poster pro-perang pun masif dibagikan. Pada akhirnya, menggunakan semua media diatas akan membuat masyarakat sulit menganalisis secara kritis informasi yang disampaikan.
Jenis-Jenis Propaganda

Jika dilihat berdasarkan motifnya, propaganda terbagi dalam tiga jenis utama yakni propaganda gelap, propaganda terbuka dan propaganda terselubung, berikut penjelasannya:
- Propaganda gelap atau black propaganda adalah propaganda yang dilakukan untuk melemahkan moral negara musuh, yang biasa dilakukan dalam peperangan dan biasanya dilakukan dengan membuat berita yang salah atau hoax
- Propaganda terbuka atau white propaganda merupakan propaganda yang mengungkapkan sumber, kegiatan dan tujuannya secara terbuka dan biasanya dilakukan oleh pemerintah
- Propaganda terselubung yang kadang juga disebut grey propaganda adalah jenis propaganda yang menyembunyikan sumber kegiatan dan tujuannya secara langsung
- ratio propaganda yang cenderung dianggap sebagai propaganda dengan motif positif yang tujuannya untuk menciptakan atau membentuk kesan positif tentang seseorang, merk, lembaga atau organisasi
Sementara, apabila dibedakan berdasarkan jenis informasi yang disampaikan, propaganda terbagi dalam beberapa jenis, diantaranya:
1. Bandwagon
Bandwagon merujuk pada jenis propaganda yang dibuat dengan tujuan agar informasi yang disampaikan menciptakan rasa keterasingan bagi audiens.
Misalnya, audiens yang belum bergabung ke dalam satu organisasi, maka ia akan merasa berbeda bahkan dianggap bukan orang yang layak dianggap teman.
Pada akhirnya, secara tidak langsung akan mendorong rasa kesesuaian dan kerinduan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok.
2. Testimonial
Propaganda testimonial merujuk pada pelibatan orang-orang berpengaruh seperti selebriti, tokoh politik atau entitas terkenal lain yang disukai publik.
Tujuannya untuk membentuk atau menciptakan kredibilitas atau rasa percaya kepada lembaga atau orang yang mempromosikan propaganda.
3. Plain Folks
Plain folks merujuk pada penggunaan individu biasa, atau orang-orang yang tidak terkenal, tentang bagaimana mereka mengubah nasib atau pandangan yang membuat mereka sukses, kaya atau terkenal.
Cara ini pada akhirnya akan menciptakan rasa normal atas ide yang sedang dipromosikan atau menunjukkan bagaimana kesuksesan bisa diraih dengan menjadi bagian atau menerapkan trik yang diberikan.
4. Transfer
Propaganda transfer merujuk pada teknik yang digunakan untuk mengakses perasan positif audiens yang sebelumnya sudah terbentuk tentang sesuatu.
Dari sini kemudian ditransfer ke ide, pandangan atau ideologi yang dipromosikan. Hanya saja, jenis propaganda ini bergantung pada simbolisme untuk menghubungkan emosi dan ide tersebut.
5. Name-Calling
Name-Calling merujuk pada jenis propaganda yang menggunakan nama untuk membangkinkan respon emosional tertentu.
Tapi, biasanya respon tersebut negatif sehingga memicu rasa marah, takut, atau jengkel dengan nama tersebut secara langsung.
Dengan metode ini, orang atau ide akan mendapatkan respon tertentu, sehingga menciptakan asosiasi antara keduanya secara langsung dan pada akhirnya menguntungkan propagandis.
6. Card Stacking
Card Stacking merujuk pada propaganda yang menyampaikan informasi secara selektif untuk menyampaikan atau menyajikan ide atau cerita dari satu sisi argumen saja.
Fokusnya adalah dengan menggambarkan masalah yang dihadapi secara tidak adil, dan banyak orang yang mungkin mengalami hal serupa, karena informasi yang tak lengkap tersebut.
7. Glittering Generalities
Jenis propaganda yang terakhir adalah glittering generalities yang merujuk pada penggunaan kata-kata yang sarat muatan untuk mempengaruhi emosi positif dari audiens yang ditargetkan.
Biasanya dilakukan dengan menggeneralisasi penggunaan slogan atau kata-kata yang dipilih dengan cermat untuk menarik kebajikan yang dipegang teguh oleh audiens.
FAQ
Beberapa pertanyaan yang mungkin akan diajukan terkait postingan ini bakal diulas dalam bentuk QnA di bawah, seperti:
1. Apa perbedaan Propaganda, Misinformasi dan berita palsu?
Isilah propaganda, misinformasi dan berita palsu atau hoax sering kali diartikan sama, meski ada sedikit perbedaan beberapa hal diatas.
Namun, dari segi tujuannya, semuanya menghasilkan efek yang sama yakni kerugian, baik sengaja atau tidak sengaja, sehingga menciptakan polarisasi dimaksud.
Agar lebih jelas, bisa lihat arti dari berbagai hal di atas, seperti:
- Mis-information – informasi palsu yang dibagikan tanpa maksud untuk menyebabkan kerugian
- Dis-informasi – informasi palsu yang dibagikan dengan sengaja untuk menyebabkan kerugian
- Mal-informasi – informasi yang benar dibagikan dengan sengaja untuk menyebabkan kerugian.
2. Apa Perbedaan antara Propaganda dan Hoax?
Hoaks mengacu pada penyebaran informasi bohong secara langsung. Dan tentu saja ini berbeda dengan propaganda, yang kadang bahannya menggunakan informasi hoax dan kadang juga kebenaran.
Artinya, tidak selamanya propaganda itu negatif. Ada juga yang memiliki tujuan positif, untuk membentuk kesadaran publik soal sesuatu.
Misalnya, informasi soal propaganda COvid-19 dimana agar terhindar dari virus menular tersebut harus rajin cuci tangan, jaga jarak dan memakai masker.
Ulasan lebih lengkap soal pengertian Hoax, termasuk fungsi dan contohnya bisa baca postingan sebelumnya disini.
Penutup
Propaganda ada dimana-mana dan mengambil bentuk apa saja. Iklan komersial yang ditampilkan di TV, Billboard, Koran dan media lainnya dengan bahan sama, bisa disebut propaganda.
Hanya saja, karena kata ini terlanjur dianggap negatif oleh masyarakat, maka ada beberapa orang yang menyebut kalau propaganda itu berbeda dengan iklan.
Jika ada tambahan, masukkan atau mungkin koreksi terkait postingan ini jangan lupa sampaikan di kolom komentar.
Demikian artikel tentang pengertian propaganda termasuk sejarah, tujuan, ciri-ciri, jenis dan contoh. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda. ***